marpaoeng.blogspot.com

Senin, 16 Juni 2014

Spanyol Vs Belanda

14 kartu kuning, sembilan untuk Belanda plus sebuah kartu merah, dikeluarkan wasit Howard Webb saat Oranye dikalahkan Spanyol 0-1 pada final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.  Empat tahun berlalu, namun para penggawa Oranye masih merasakan perihnya kekalahan kontroversial tersebut.
Gelandang Belanda, Wesley Sneijder adalah salah satu pemain yang masih dihantui mimpi buruk drama partai final itu. "Kami begitu dekat ke adu penalti. Hanya tiga menit sebelum pertandingan berakhir, dan mereka menciptakan gol lewat Iniesta. Impian meraih trofi pun terbang jauh," ujarnya. 
Para penggawa Oranye kini punya kesempatan melampiaskan dendam saat bertemu juara bertahan di Itaipava Arena Fonte Nova, Salvador, Bahia, di laga pembuka grup B, Sabtu (14/6) dini hari.
Aroma dendam itu memang masih tetap menyala-nyala. Winger Arjen Robben misalnya, masih belum bisa melupakan peluang emasnya yang terbuang padahal ia tinggal berhadapan satu lawan satu dengan kiper Iker Casillas pada babak kedua. "Saya terus memikirkan itu. Sungguh menyakitkan melewatkan peluang sebagus itu," ungkap pemain Bayern Muenchen tersebut kepada FIFA.com.
Balas dendam menjadi tajuk laga pembuka grup B Piala Dunia 2014 antara Spanyol melawan Belanda di Itaipava Arena, Sabtu (14/6/2014) dini hari. Dengan strategi serangan balik, Belanda bisa membalaskan dendam kesumat mereka kepada Spanyol.
Final Piala Dunia empat tahun lalu masih menyisakan dendam bagi tim nasional Belanda. Gol tunggal Andres Iniesta memupuskan impian Belanda untuk menjuarai Piala Dunia untuk pertama kalinya. Gelandang Belanda, Jonathan De Guzman, mengatakan Belanda memiliki urusan yang belum selesai dengan Spanyol akibat kekalahan itu.
"Kami memiliki sedikit niat untuk membalaskan dendam. Memenangkan laga pertama akan mengirimkan sinyal kuat. Tidak hanya untuk tim, namun untuk semua peserta Piala Dunia. Tentunya akan bagus bagi kami jika kami bisa melakukan itu dan mengalahkan sang juara bertahan," kata De Guzman kepada Sunday Mirror.  
Hal senada dilontarkan oleh bek De Oranje, Ron Vlaar. Menurut pemain Aston Villa tersebut kekalahan empat tahun lalu begitu melekat di sanubari tim Belanda. Meski tim kali ini berbeda dengan empat tahun silam, Vlaar menegaskan dendam kesumat itu tetap ada.
"Mereka memiliki banyak pemain bagus. Kami juga punya. Kami harus tampil kuat sebagai sebuah tim. Kami harus sama-sama kerja keras agar kami bisa meraih kemenangan," tutur Vlaar dilansir Daily Mail.
Satu dari sejumlah pemain Belanda yang tersisa dari final empat tahun lalu, Arjen Robben, masih merasakan kepedihan. Ketika itu Robben memiliki peluang bagus untuk mengantarkan Belanda meraih keunggulan. Robben gagal memaksimalkan situasi satu lawan satu dengan penjaga gawang Iker Casillas.
Namun bermodalkan semangat membalas dendam saja tentu belum cukup. Pasukan Oranye sudah belajar dari kekalahan terdahulu. Dan mereka sepakat, serangan balik adalah senjata terbaik untuk bisa menundukkan Matador.
"Serangan balik adalah senjata berbahaya yang harus kami gunakan di turnamen ini. Spanyol bukan satu-satunya favorit, namun mereka adalah sebuah tim yang telah bermain bersama untuk waktu lama dan sudah saling mengenal. Kami, secara kontras, baru memulai proyek baru setelah Piala Eropa," kata Robben.
Pelatih Belanda, Louis van Gaal, memutuskan sebuah skema permainan yang kontroversial untuk diterapkan pada Piala Dunia 2014. Louis van Gaal mengubah formasi tradisional 4-3-3 menjadi 5-3-2. Alih-alih tidak suka, Robben menilai formasi ini tepat bagi Belanda.
"Kami telah memainkan tiga pertandingan dengan formasi baru dan tidak ada satupun lawan kami yang mampu menciptakan banyak peluang, sedangkan kami bisa. Saya sangat yakin ini adalah cara bermain terbaik kami saat ini," kata Robben yang berduet dengan Robin van Persie di lini depan.
Meski menumpuk lima pemain di lini pertahanan, Robben yakin Belanda tetap bisa menghadirkan ancaman serius bagi lini pertahanan Spanyol. Duet Robben-Van Persie akan mendapat sokongan dari playmaker dengan visi bagus seperti Wesley Sneijder.
"Jika Anda bertanya apakah saya ingin Wesley bermain atau tidak, saya akan selalu menjawab ya. Bukan hanya karena kami berteman, namun karena dia sangat cocok terhadap strategi yang kami miliki untuk menghadapi Spanyol," tutur Robben.
Trio van Persie-Robben, dan Wesley Sneijder mendapat perhatian khusus dari kubu Spanyol. Bek Javi Martinez menilai bahaya terbesar Belanda berasal dari ketiga pemain itu. Dari ketiganya, ia menyebut Robben sebagai pemain yang paling berbahaya ketika melakukan serangan balik. 
Menurut Martinez,  rekan seklubnya di Bayern Muenchen tersebut sangat lihai memanfaatkan setiap celah yang ada. Martinez juga mengatakan Robben sangat berambisi membalaskan dendam.
"Kami (Martinez dan Robben, Red) pernah membicarakan momen itu. Itu adalah momen yang sangat berat bagi Belanda dan terutama dia (Robben), yaitu peluangnya ketika menghadapi Iker," ungkap Martinez seperti dilansir AS.
Untuk menangkal dendam Belanda, pelatih Spanyol, Vicente Del Bosque, sudah menyiapkan strategi khusus. Pada sesi latihan Del Bosque memerintahkan penyerangnya untuk bergerak naik-turun. Pelatih yang mengantarkan Spanyol juara Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012 itu juga memasang seorang deep-lying midfielder, sistem yang diterapkan Luis Aragones pada Piala Eropa 2008.
Gelandang La Furia Roja, Sergio Busquets, mengungkapkan warna permainan timnya tidak akan berubah ketika menghadapi Belanda. Ia justru yakin warna permainan Oranye yang justru akan sangat berubah, yaitu sangat bertahan. "Semakin banyak penguasaan bola dan kecepatan bergerak, maka kami akan semakin bagus dan menjadi petaka bagi tim lawan," ujar pemain Barcelona itu seperti dilansir Marca.
Namun bagaimana pun, lima pemain di lini pertahanan Belanda bisa jadi kesulitan besar untuk para delantero alias penyerang Spanyol. Pasalnya, sang juara bertahan datang ke Brasil dengan permasalahan menjebol gawang lawan. Selama babak kualifikasi Piala Dunia 2014, rata-rata Spanyol hanya mencetak 1,7 gol per pertandingan. Pemain dengan jumlah gol terbanyak adalah Pedro Rodriguez dengan torehan empat gol.
Permasalahan ini sebenarnya telah terlihat sejak Piala Dunia empat tahun lalu di Afrika Selatan. Hingga partai final, rata-rata La Furia Roja hanya mencetak 1,1 gol per pertandingan. Pada babak kualifikasi Piala Dunia 2014 mereka cuma mencetak 14 gol dalam delapan pertandingan. Di antara tim-tim Eropa, rataan gol Spanyol hanya lebih baik dari Kroasia dan Yunani dan sama dengan Swiss.
Untungnya, ketika daya gedor Spanyol menurun, lini pertahanan mereka tetap kokoh. Pada babak kualifikasi, gawang mereka rata-rata hanya kebobolan 0,3 gol per pertandingan. Ini merupakan jumlah terendah di antara kontestan Piala Dunia 2014.  Di Afrika Selatan, gawang Spanyol hanya kemasukan dua gol. 
Pertahanan Spanyol akan mendapat ujian nyata dari permainan agresif Belanda yang mampu menghasilkan 3,4 gol per pertandingan selama babak kualifikasi. "Spanyol selalu memiliki mental pemenang. Kami mempertahankan filosofi yang sama, bermain dengan gaya sama yang telah menjadi karakter kami selama bertahun-tahun," ujar gelandang Koke dilansir FIFA.com. (Tribunnews/deo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar